Teman - teman sudah tahu belum si perkembangan dari tv digital , nah kali ini saya akan membahas tentang perkembangan nya , disertai dengan perbedaan dengan tv analog loh .. this is it !!
Pengertian TV Digital
Televisi digital atau DTV adalah jenis televisi yang menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyiarkan sinyal gambar, suara, dan data
ke pesawat televisi. Televisi digital merupakan alat yang digunakan
untuk menangkap siaran TV digital, perkembangan dari sistem siaran analog ke digital yang mengubah informasi menjadi sinyal digital berbentuk bit data seperti komputer.
Secara teknis, pita spektrum frekuensi radio yang digunakan untuk televisi analog dapat digunakan untuk penyiaran televisi digital. Perbandingan lebar pita
frekuensi yang digunakan teknologi analog dengan teknologi digital
adalah 1 : 6. Jadi, bila teknologi analog memerlukan lebar pita 8 MHz
untuk satu kanal transmisi, teknologi digital dengan lebar pita yang
sama (menggunakan teknik multipleks) dapat memancarkan sebanyak 6 hingga
8 kanal transmisi sekaligus untuk program yang berbeda.
TV digital ditunjang oleh
teknologi penerima yang mampu beradaptasi sesuai dengan lingkungannya.
Sinyal digital dapat ditangkap oleh sejumlah pemancar yang membentuk
jaringan berfrekuensi sama sehingga daerah cakupan TV digital dapat
diperluas. TV digital memiliki peralatan suara dan gambar berformat
digital seperti yang digunakan kamera video.
Sistem Pemancar TV Digital
Terdapat tiga standar sistem pemancar televisi digital di dunia, yaitu televisi digital (DTV) di Amerika, penyiaran video digital terestrial (DVB-T) di Eropa, dan layanan penyiaran digital terestrial terintegrasi (ISDB-T) di Jepang. Semua standar sistem pemancar sistem digital berbasiskan sistem pengkodean OFDM dengan kode suara MPEG-2 untuk ISDB-T dan DTV serta MPEG-1 untuk DVB-T.
Dibandingkan
dengan DTV dan DVB-T, ISDB-T sangat fleksibel dan memiliki kelebihan
terutama pada penerima dengan sistem seluler. ISDB-T terdiri dari ISDB-S
untuk transmisi melalui kabel dan ISDB-S untuk tranmisi melalui
satelit. ISDB-T dapat diaplikasikan pada sistem dengan lebar pita 6,7MHz
dan 8MHz. Fleksibilitas ISDB-T bisa dilihat dari mode yang dipakainya,
dimana mode pertama digunakan untuk aplikasi seluler televisi
berdefinisi standar (SDTV), mode kedua sebagai aplikasi penerima seluler dan SDTV atau televisi berdefinisi tinggi (HDTV) beraplikasi tetap, serta mode ketiga yang khusus untuk HDTV atau SDTV bersistem penerima tetap. Semua data modulasi
sistem pemancar ISDB-T dapat diatur untuk QPSK dan 16QAM atau 64QAM.
Perubahan mode ini bisa diatur melalui apa yang disebut kontrol
konfigurasi transmisi dan multipleks (TMCC).
Frekuensi
sistem penyiaran televisi digital dapat diterima menggunakan antena
yang disebut televisi terestrial digital (DTT), kabel (TV kabel digital), dan piringan satelit. Alat serupa telepon seluler
digunakan terutama untuk menerima frekuensi televisi digital berformat
DMB dan DVB-H. Siaran televisi digital juga dapat diterima menggunakan internet berkecepatan tinggi yang dikenal sebagai televisi protokol internet (IPTV).
Transisi TV Analog ke TV Digital
Transisi
dari pesawat televisi analog menjadi pesawat televisi digital
membutuhkan penggantian perangkat pemancar televisi dan penerima siaran
televisi. Agar dapat menerima penyiaran digital, diperlukan pesawat TV
digital. Namun, jika ingin tetap menggunakan pesawat televisi analog,
penyiaran digital dapat ditangkap dengan alat tambahan yang disebut kotak konverter (Set Top Box).
Ketika menggunakan pesawat televisi analog, sinyal penyiaran digital
akan dirubah oleh kotak konverter menjadi sinyal analog. Dengan demikian
pengguna pesawat televisi analog tetap dapat menikmati siaran televisi
digital. Pengguna televisi analog tetap dapat menggunakan siaran analog
dan secara perlahan-lahan beralih ke teknologi siaran digital tanpa
terputus layanan siaran yang digunakan selama ini.
Proses
transisi yang berjalan secara perlahan dapat meminimalkan risiko
kerugian terutama yang dihadapi oleh operator televisi dan masyarakat.
Resiko tersebut antara lain berupa informasi mengenai program siaran dan
perangkat tambahan yang harus dipasang tersebut. Sebelum masyarakat
mampu mengganti televisi analognya menjadi televisi digital, masyarakat
menerima siaran analog dari pemancar televisi yang menyiarkan siaran televisi digital.
Bagi operator televisi, risiko kerugian berasal dari biaya membangun infrastruktur
televisi digital terestrial yang relatif jauh lebih mahal dibandingkan
dengan membangun infrastruktur televisi analog. Operator televisi dapat
memanfaatkan infrastruktur penyiaran yang telah dibangunnya selama ini
seperti studio,
bangunan, sumber daya manusia, dan lain sebagainya apabila operator
televisi dapat menerapkan pola kerja dengan calon penyelenggara TV
digital. Penerapan pola kerja dengan calon penyelenggara digital pada
akhirnya menyebabkan operator televisi tidak dihadapkan pada risiko yang
berlebihan. Di kemudian hari, penyelenggara penyiaran televisi digital
dapat dibedakan ke dalam dua posisi yaitu menjadi penyedia jaringan, serta penyedia isi.
Sistem
penyiaran televisi digital yang ada di Indonesia dibagi berdasarkan
kualitas penyiaran, manfaat, dan keunggulan TV Digital tersebut. TV
Digital dalam perkembangannya memiliki karakteristik yang berbeda di
tiap area penyiaran.
TV
Digital memiliki hasil siaran dengan kualitas gambar dan warna yang jauh
lebih baik dari yang dihasilkan televisi analog. Sistem televisi
digital menghasilkan pengiriman gambar yang jernih dan stabil meski alat
penerima siaran berada dalam kondisi bergerak dengan kecepatan tinggi.
TV Digital memiliki kualitas siaran berakurasi dan resolusi tinggi. Teknologi digital memerlukan kanal siaran dengan laju sangat tinggi mencapai Mbps untuk pengiriman informasi berkualitas tinggi.
Siaran menggunakan sistem digital memiliki ketahanan terhadap gangguan dan mudah untuk diperbaiki kode digitalnya melalui kode
koreksi error. Akibatnya adalah kualitas gambar dan suara yang jauh
lebih akurat dan beresolusi tinggi dibandingkan siaran televisi analog.
Selain itu siaran televisi digital dapat menggunakan daya yang rendah.
Transmisi pada TV Digital menggunakan lebar pita yang lebih efisien sehingga saluran dapat dipadatkan. Sistem penyiaran TV Digital menggunakan OFDM
yang bersifat kuat dalam lalu lintas yang padat. Transisi dari
teknologi analog menuju teknologi digital memiliki konsekuensi berupa
tersedianya saluran siaran televisi yang lebih banyak. Siaran
berteknologi digital yang tidak memungkinkan adanya keterbatasan
frekuensi menghasilkan saluran-saluran televisi baru. Penyelenggara
televisi digital berperan sebagai operator penyelenggara jaringan
televisi digital sementara program siaran disediakan oleh operator
lain. Bentuk penyelenggaraan sistem penyiaran televisi digital mengalami
perubahan dari segi pemanfaatan kanal ataupun teknologi jasa pelayanannya. Terjadi efisiensi penggunaan kanal frekuensi berupa pemakaian satu kanal frekuensi untuk 4 hingga 6 program.
Siaran
televisi digital terestrial dapat diterima oleh sistem penerimaan
televisi analog dan sistem penerimaan televisi bergerak. TV Digital
memiliki fungsi interaktif dimana pengguna dapat menggunakannya seperti
internet. Sistem siaran televisi digital DVB mempunyai kemampuan untuk
memanfaatkan jalur kembali antara IRD dan operator melalui modul Sistem
Manajemen Subscriber. Jalur tersebut memerlukan modem,jaringan telepon atau jalur kembali televisi kabel, maupun satelit
untuk mengirimkan sinyal balik kepada pengguna seperti pada aplikasi
penghitungan suara melalui televisi. Ada beberapa spesifikasi yang telah
dikembangkan, antara lain melalui jaringan telepon tetap (PSTN) dan jaringan berlayanan digital terintegrasi (ISDN). Selain itu juga dikembangkan solusi komprehensif untuk interaksi melalui jaringan CATV, HFC, sistem terestrial, SMATV, LDMS, VSAT, DECT, dan GSM.
Perbedaan TV Digital dengan TV Analog
Perbedaan yang paling
mendasar antara sistem penyiaran televisi analog dan digital terletak
pada penerimaan gambar lewat pemancar (sistem tranmisi pancarannya).
Pada sistem analog, semakin jauh dari stasiun pemancar televisi, sinyal
akan melemah dan penerimaan gambar menjadi buruk dan berbayang.
Sedangkan pada sistem digital, siaran gambar yang jernih akan dapat
dinikmati sampai pada titik dimana sinyal tidak dapat diterima lagi.
Saat ini Indonesia masih menggunakan sistim analog dengan cara memodulasikannya langsung pada Frekuensi Carrier, sedangkan pada pada sistem digital, data gambar atau suara dikodekan dalam mode digital (diskret) baru di pancarkan. Sebagai ilustrasi, Jika dulu kita menonton film lewat VCR, video
yang pakai pita itu adalah analog, tapi kita sekarang dalam format
digital MPEG, atau kalau kalau kita mendengarkan musik dengan pita
kaset, itu adalah analog, tapi jika kita mendengarkan MP3, itu adalah digital.
Seorang
awam membedakannya adalah dengan mudah, Jika TV analog signalnya lemah
(semisal problem pada antena) maka gambar yang diterima akan banyak
‘semut’ tetapi jika TV digital yang terjadi adalah bukan ‘semut’ melainkan gambar yang lengket seperti kalau kita menonton VCD yang rusak.
Kualitas digital jadi lebih bagus, karena dengan format digital banyak
hal dipermudah. Seperti kalau dulu CD-A (CD audio analog) atau laser
disk jadul satu keping hanya mampu memutar lagu selama 60 menit atau
sekitar 6 lagu, maka dengan mode digital sekarang pada CD yang sama bisa disimpan lagu digital format MP3 hingga ratusan lagu.
Kalau pada TV analog satu pemancar dengan pemancar lainnya harus dengan frekuensi berbeda, maka dengan mode digital, satu frekuensi bisa memancarkan banyak siaran TV.
sumber : http://dwiariani.blog.com
nice posting, tapi lebih bagus lagi klo kamu pake bahasa sendiri....gak mentah2 di copy-paste
BalasHapuscheers